[CW! Bullying, family issue] Dia membiarkanku menangis di hadapannya. Dengan tangan besar yang mengelus puncak kepalaku, dengan tatapan mata yang tak bisa dibandingkan dengan betapa indahnya susunan tata surya, dan pelukan yang senantiasa kuterima setiap kali ia menatapku khawatir. Pada masa-masa di mana aku tidak bisa berdiri dengan caraku sendiri, Rinai sudah terlalu banyak memberiku macam-macam rasa nyaman yang tak akan pernah bisa kuganti dengan apapun. "Kalau kamu mau begitu, ya, sudah." Malam itu, aku mencoba untuk belajar berdiri sendiri. Melihat dunia tanpa Rinai yang selalu membuka telapak tangannya untuk kujadikan tumpuan hidup.All Rights Reserved
1 part