Wahid masih berusaha menggapai cita-citanya. Itu wajar, lingkungan pondoknya mendorongnya bermimpi setinggi mungkin. Teman-temannya pintar, lancar hafalannya, pandai membaca kitab kuning, atau bahkan ada yang belajar sampai keluar negeri. Dia yang anggota Media di pondoknya terdorong untuk lebih giat belajar lagi sekarang. Bukan untuk bersaing, tetapi ada satu impiannya yang sangat bergantung pada pencapaian yang ia dapat.
Dia akhirnya mengambil kuliah. Tentunya dengan uang sakunya sendiri. Dia terlahir di keluarga yang kecukupan. Tidak kurang tidak lebih. Tapi ia selalu bisa mensyukuri kekurangannya.
23 Januari mendatang, ia genap berumur 23 tahun. Ia teringat dawuh Ulama, Kakaknya, atau peraturan dirinya sendiri. Mau atau tidak, siap atau tidak, ia harus melakukannya. Menikah. Atau singkatnya, dia harus sudah menyiapkan seleksinya mulai sekarang.
Namun, ia tidak pernah mengenal wanita. Jarang, terakhir ketika ia satu grup dalam lomba mewakili SD-nya. Apakah ini pengalaman seru baginya? Ataukah kutukan bagi seorang introvert dan disiplin sspertinya?
_____
Pantengin terus yaa, gimana dia mengarungi lautan cinta diantara cita-cita, keluarga, atau harga dirinya.... ;)
Sebuah pernikahan yang menyiksa bagi Kia, ia harus menikahi pria paling mengerikan yang pernah ia jumpai. Marco benar-benar pria yang tidak ada belas kasihan, dia bisa membunuh istrinya sendiri demi keinginannya sendiri, hal yang paling menyakitkan adalah saat Marco melempar tubuhnya dari lantai tiga dan yang membuat Kia tidak bisa berpikir dengan jernih adalah saat ia terbangun kembali setahun sebelum kejadian mengerikan itu.