Chandra di mata Akasa: "Dia adalah mimpi yang muncul dalam realita. Setiap nafasnya hanyut dalam ketidakpastian. Detik demi detik dilaluinya tanpa rencana. Langkah hidupnya lebih kacau daripada kepingan di lautan, terbawa gelombang tanpa tahu pasti kapan akan kembali. Hidup dengan sejumlah goncangan semacam itu, hidup tanpa sebuah penopang dan rencana yang pasti, bukanlah hal yang diharapkan oleh manusia. Lalu kenapa dia begitu menikmati kehidupan semacam itu? Aku sangat tidak mengerti yang dia pikirkan." Akasa dalam pendapat Chandra : "Berpegang pada rencana dengan susunan monoton. Warna yang ada dalam hidupnya pastilah monokrom tanpa variasi yang saling menabrak sekaligus melengkapi. Keindahan apa yang bisa dia dapatkan dari sebuah keseragaman? Adrenalinnya akan membeku jika dia terus menerus hanya berencana, berencana, dan berencana. Begitu banyaknya ketakutan yang dia miliki untuk sebuah ketidakpastian. Apa dia benar-benar hidup? Atau dia tidak mengerti suara-suara kehidupan di dalam gejolak-gejolaknya? Aku sangat tidak mengerti yang dia pikirkan." Akasa dan Chandra tak memandang satu sama lain di ruangan itu. Tak akan ada yang mampu melihat telekoneksi yang terjadi di antara mereka. Masing-masing diam dalam pikiran terhadap pihak lainnya. Mereka berteriak dalam hening pada satu sama lain. Mereka saling bertentangan, melawan dengan penuh kepastian namun tetap saling memperhatikan. Terkadang ikatan kebencian dapat lebih kuat daripada ikatan kasih sayang. Original Author: Alterea_w
17 parts