Setelah menolak lamarah Galih, Kemuning tidak pernah bisa tidur dengan nyenyak. Namun, malam itu Nining mendapatkan mimpi yang aneh. Di dalam mimpi itu, Nining tengah berada di sebuah kamar bersama seorang laki-laki. Cahaya kamar yang remang dengan pencahayaan lilin kecil membuat Nining tak mampu melihat lelaki yang tengah bersamanya. Di mimpi itu, Nining merasa tak seperti biasanya, ia begitu bergai-rah dan bahagia. Bahkan saat laki-laki itu mulai menjamah tu-buh-nya. Nining pasrah. Kemudian lelaki itu meninggalkan Nining begitu saja, Nining pun mengejarnya. Hamparan bunga dan angin sepoi menyentuh kulitnya, arum semerbak bunga membuat bibir Nining tersenyum kecil.
"Ning! Sini! Kejar aku!" teriak lelaki itu dengan ber-te-lan-jang dada. Nining pun berlari mengejarnya hingga sebuah tangan kekar menyekal pergelangan tangannya dengan kuat. Nining merasa begitu kesakitan, ia memberontak.
"Lepas!" jerit Nining marah.
"Astaqfirullahalazim, Ning. Eling, Dik!" Aji membungkus tubuh adiknya yang tanpa sehelai kainpun menutupi tubuhnya dengan selimut. Ia memeluk Kemuning dengan erat setelah berhasil mengejarnya sampai di pertigaan jalan, lalu menggiringnya pulang tak peduli dengan tatapan tajam para tetangga.
Adikku tidak gila!
***
Kalian tidak akan menyangka kalau lokasi syuting The Untamed sebenarnya adalah bekas tempat pembantaian pembunuh berantai.
Xiao Zhan mengalami kesurupan beberapa kali, tapi justru dikira akting sebagai mayat hidup. Wang Yibo terlalu cuek, jadi tidak faham situasi.
Bagaimana jadinya jika saat siuman usai kecelakaan, Xiao Zhan menemukan dirinya didekap oleh pria mirip Wang Yibo dalam balutan hanfu?
Ataukah...
"Jangan takut, Wei Ying. Kita pulang, berdua denganku di Jingshi."
Oh tidak... Xiao Zhan tersesat di dunia kultivasi!