Overdose: Four
  • مقروء 5,568
  • صوت 708
  • أجزاء 12
  • مقروء 5,568
  • صوت 708
  • أجزاء 12
مستمرة، تم نشرها في فبر ٢٣, ٢٠٢٣
للبالغين
(18+)

Darah, keringat, air mata telah mereka tumpahkan untuk berjuang menghadapi kerasnya hidup sejak mereka lahir dan tumbuh besar bersama. 

Cassidy adalah heroin yang tak bisa berhenti dikonsumsi Four. Four adalah wine yang membangkitkan candu Cassidy. Mereka ketergantungan satu sama lain. Obat untuk satu sama lain. Hidup untuk satu sama lain. Setengahnya satu sama lain. Partner dalam kejahatan. Soulmate.

Mereka selalu ada untuk satu sama lain, bahkan ketika salah satunya harus terjebak dalam kelamnya dunia kriminal dan terlibat liarnya kehidupan malam. Dalam pencarian mereka untuk menemukan jalan keluar, hadirlah Scarra. 

Scarra adalah tiket keluar mereka. Rahasia kecil kotor mereka. Tapi, ketika mereka membawa Scarra ke dalam dunia mereka, tanpa sadar mereka meminum racun dari anggur yang sama.
جميع الحقوق محفوظة
قم بالتسجيل كي تُضيف Overdose: Four إلى مكتبتك وتتلقى التحديثات
أو
إرشادات المحتوى
قد تعجبك أيضاً
Nikotin dan Kafein بقلم diarypastel
20 جزء undefined أجزاء مستمرة
"Mau jadi cowok gue?" Kening Niko berkerut dalam. Diperhatikannya cewek yang baru saja memintanya menjadi pacar itu. Gesturnya santai sekali, seakan tengah mengajak lawan bicaranya makan kerupuk. Rambut hitam sebahu yang entah kapan sejak terakhir kali tersentuh sisir, kemeja seragam kumal yang dikeluarkan dengan ujung lengan digulung, tindik memenuhi daun telinga kiri serta rokok yang setia menyelip di antara bibirnya. Raut wajahnya? Datar. Jelas bukan emosi seperti itu yang akan ditunjukkan seseorang ketika menanyakan kalimat sensitif semacan itu. Pandangan Niko menyentuh tiap-tiap sudut kantin yang mampu dijangkau matanya. Mencari sumber dari kekonyolan yang dialaminya saat ini. Cewek di hadapannya ini, pasti sedang terlibat permainan tidak jelas dengan teman-temannya yang tidak kalah tidak jelas. Dan benar, di sudut sana gerombolan pentolan sekolah pembuat onar sedang terang-terangan menonton mereka. Niko tersenyum miring, "Gue yang punya kendali penuh di sini. Gue yang milih, kapan harus nendang lo," kemudian mengulurkan tangan. Sebaris kalimat itu terdengar menyentak di tengah hening yang disengaja tercipta. Sorak-sorai merebak pada detik selanjutnya. Seisi kantin itu cukup mengerti jika Niko memilih menerima. Bukan dengan sukarela tentu saja, melainkan menekankan dengan gamblang jika ia bukan target taruhan semata, tapi juga terlibat di dalamnya. Sebaliknya, cewek itu masih terlihat tidak peduli. Ia mendegus pelan, seolah ucapan Niko sama-sekali tidak mengusiknya. Ringan, Ia berlalu. Menganggap tangan Niko yang mengapung di udara seolah tidak pernah ada sambil berkata, "Terserah." copyright©2019 | Diarypastel Seluruh hak cipta dilindungi undang-undang