-Na Jaemin dan Lee Jeno, dua orang yang sudah sangat tidak asing di telingan para penggemar, terkenal bukan hanya prestasinya tapi dengan kisah mereka yang belum usai, tersebar ke seluruh penjuru dunia.
Kisah dua orang yang tidak direstui oleh semesta, bahkan dunia, seolah mereka menutup mata akan yang mereka jalani hari ini dan seterusnya. Kisah yang sampai kapanpun tidak akan pernah bersatu jika bukan semesta sendiri yang bertindak.
Mereka merelakan kehidupan normal yang seharusnya mereka jalani, mereka lepaskan demi bisa mengabdikan kehidupannya pada masing-masing diri.
Sampai akhirnya...
-----
-"Hai kak, perkenalkan nama aku, Jaesminna Bella Avanthe, panggilnya Nana aja biar gampang, hehe." Ujar Nana pada lelaki dihadapannya dengan mengulurkan buku catatan berwarna pink, dengan sampul bergambar kucing juga kelinci digambar selucu mungkin.
Lelaki itu mengerutkan dahinya kala mendengar kalimat percaya diri dari perempuan dihadapannya, tanpa kata lelaki itu membubuhkan tanda tangan plus jurusan miliknya dan pergi berlalu tanpa berucap apapun.
Nana terkesiap sebentar dan berbalik dengan berucap sedikit keras, "Nama kakak siapa?! Nana belum tau?!" Lelaki itu terdiam dibalik jaket custom khas Mahasiswa KAIST yang membalut pas tubuhnya itu, dia berbalik hanya melayangkan pandangan datar dan berlalu.
Nana mengerucutkan bibirnya dan tanpa diduga, didekat sepatunya terdapat kartu nama dengan tulisan, "Jenoah Calvin Leonard, oke! Kak Noah, salam kenal!"
-----
Rupanya, semesta masih belum rela menyudahkan kisah mereka yang belum usai tersebut, semesta memberikan kehidupan baru dan juga mempertemukan mereka dengan keadaan yang berbeda pula, semoga saja kisah mereka benar-benar bisa bersatu kali ini..
Liu Qiaqio, Permaisuri Dinasti Jin, telah menyerahkan hati, jiwa, dan raganya untuk sang kaisar. Dia mencintainya dengan sepenuh hati hingga merasa lelah, tetapi sang kaisar yang dingin hanya memiliki mata untuk satu orang, dan orang itu bukanlah dirinya. Kehangatan di mata kaisar saat memandang orang itu tidak pernah menjadi miliknya, kelembutan suara kaisar saat berbicara dengan orang itu tidak pernah ditujukan padanya, bahkan hingga ajal menjemput.
"Apa salahku sehingga kau membenciku sejauh ini? Apa aku telah melakukan kesalahan sehingga kau memandangku dengan begitu hina? Apakah mencintaimu adalah dosa yang begitu besar?" tanyaku dengan lemah.
"Dosamu adalah mencintai seseorang yang seharusnya tidak kau cintai," jawabnya dingin.
'Dia benar, aku telah menghabiskan terlalu banyak cinta untuknya hingga aku tidak punya sisa cinta untuk anak-anakku, untuk mereka yang benar-benar peduli padaku. Jika aku diberi satu kesempatan untuk menebus semua itu, aku akan menghabiskan seluruh hidupku melakukannya,' pikirku sembari menutup mata dan menyambut kematian. Atau begitulah pikirku.