WARNING⚠️ Biasakan setelah baca cerita jangan lupa vote ya! Ditengah hujan deras, disertai petir tidak membuat Ethan berhenti berlatih taekwondo. Bugh Bugh Bugh "Lo pikir dengan cara latihan keras gini, bokap bakal bangga sama lo?" Pria itu menghampiri Ethan sembari memakai payung. "Arghh," Ethan mengepalkan tangan kuat, memang betul apa yang Teo katakan. Berjuang sekeras apapun Ethan, bokapnya selalu menutup mata sekalipun Ethan kesakitan beliau tidak peduli sama sekali. "Fyi, di segani tapi bodoh," ejek Teo tersenyum miring, saat adiknya yang tak kuasa menahan emosinya. "Pergi!" Usir Ethan. "Jangan lupa lo itu anak pembunuh, jadi seharusnya yang pantas pergi itu lo sendiri dan lo pikir setelah kelahiran lo semua orang bakal senang? Bahagia? Bangga? Gak ada, justru lo malapetaka di keluarga ini." Jederrr Pertahanan Etha runtuh, dia langsung terjatuh dan meninju tanah brutal, darah sudah mengalir tercampur air hujan. Nafas tersengal-sengal Ethan pun menunduk, "kalo lo mengharapkan gue mati, gue siap." "Baguslah, gue pikir itu jawaban yang pas, Asal lo tau bang Vero juga gak sudi liat anak PEMBUNUH kaya lo, gue harap saat dia terbangun dari koma lo udah tiada." Teo meninggalkan Ethan.