"Aiptu Nachita Yuananda, kamu tanggung jawab saya. Mulai sekarang dan seterusnya."
"Sampai ketemu besok atau di waktu tertentu. Kapanpun itu, saya akan selalu menunggu saat kita ketemu lagi dengan euforia yang sama."
Kisah cinta sepasang Abdi negara yang bertemu secara sengaja. Namun, jatuh cinta tanpa di sengaja hingga menumbuhkan perasaan yang mengekal dalam jiwa. Mengikat hati tanpa perlu kata, hanya melalui tatap mata.
"Maaf, karena sudah lancang menjatuhkan hati pada Komandan."
"Siap, Komandan!"
"Saya siap menemani Komandan di setiap langkah yang Komandan ambil. Saya siap berada di sisi Komandan, dan menjadi rumah buat Komandan."
"Saya gak bisa janjiin apa apa, Ndan. Saya juga bukan manusia sempurna, tapi kalau mau bahagia sama sama. Saya bersedia."
Romansa sepasang anak manusia yang membuat cemburu setiap mata yang memandang mereka, bahkan tuhan pun cemburu melihat besarnya cinta itu.
"Aku ingin jadi seperti senja, Mas. Yang kepergiannya selalu membekas di hari orang-orang. Yang keindahan nya selalu abadi dalam benak setiap makhluk, meskipun kehadiran singkat."
"Untuk mencintai Senja, Kamu tidak perlu menjadi bumi."
"Kamu hanya perlu menjadi Mentari, karena Mentari ikut kemanapun Senja pergi. Bahkan tengelam bersama Senja."
Senja, Bumi dan Mentari. Itulah mereka. Sebuah perumpamaan yang sederhana, namun rumit jika di jabarkan dengan kata-kata. Hingga menghabiskan jutaan kata pun tak mampu menggambarkan betapa indahnya tiga hal tersebut.
"Tetap bersinar ya, Mentari ku...."
"Kamu beneran pergi, Na?"
Keindahan cinta dari kedua insan itu menyemai kecemburuan dari Sang Maha cinta. Sehingga dia merenggut salah satu dari mereka dan menjadikan dia yang tersisa, mengambil peran bumi yang gelap gulita karena ditinggal senja.
"Mentari mu ini, akan menyusul Senja-nya segera."
"Dengan ini tugas kamu saya nyatakan selesai, Iptu Nachita Yuananda. Beristirahat dengan tenang, senjaku. Namamu akan harum di kenang seluruh negeri."
Yuki, dalam bahasa Jepang yang berarti salju. Indah, dingin dan tak terbayangkan, begitu juga rupa dan sikap gadis dua puluh tiga tahun tersebut. Tidak ada yang tahu apa isi kepalanya, dia selalu membagi jarak pada siapa pun yang akan mendekat.
Memiliki hidup yang lurus, terlampau lurus hingga membuat Yuki bosan, dan berpikir jika mati akan lebih baik. Dia penasaran pada kehidupan setelah kematian. Seberapa menarik? Lalu ketika Yuki berdiri di pinggir tebing bersiap untuk melompat, cahaya keemasan menyilaukan matanya.
Ayahnya pernah bilang, jika daun semanggi berhelai empat dapat mengabulkan satu permohonan. Karena itu Yuki melupakan kematian, dan mulai memejamkan mata dan mengucapkan permohonannya.
"Tolong, ubah hidupku."
Ketika matahari terbit, hidup Yuki benar-benar berubah. Tapi ... siapa laki-laki yang melayang di dalam kamarnya?!
"Setan!"
"Mana ada setan ganteng kayak gue."
***
Kedatangan makhluk astral di kamarnya mengubah hidup Yuki yang membosankan. Tak pernah disangkanya bahwa jalan yang selama ini dianggapnya lurus, memiliki kelokan rumit yang membuatnya kewalahan. Ketika Yuki harus menghadapi takdir hidupnya yang baru, satu persatu rahasia tentang Ayahnya terbongkar. Hidup yang dia kira tak berharga harus ia pertahankan demi menuntaskan tugas yang diamanatkan oleh mendiang Ayahnya.
Mampukah Yuki bertahan, bisakah ia menyelesaikan apa yang tak bisa Ayahnya selesaikan di masalalu.