Banyak keresahan yang kita rasakan sebagai perempuan. Pasang mata orang di lingkungan tempat tinggal seakan jadi CCTV untuk segala pergerakan kita. Perempuan yang tinggal di desa sering kali mendapatkan perkataan menohok apalagi kalau tentang cita-cita. Nyatanya kebebasan untuk mengungkapkan bagaimana mimpi perempuan masih terasa sempit. Kehidupan desa dan kota seperti segitiga terbalik. Kota bagaikan bagian segitiga yang luas sedangkan desa adalah bagian ujung segitiga yang lancip dan tajam. Umur, sekolah, pekerjaan dan jodoh adalah sasaran utama untuk menyentil mental perempuan desa yang ingin ikut berkembang dengan peradaban. Wanita karir tidak lebih keren dari wanita yang menikah dibawakan uang mahar segudang. Wanita bergelar tinggi tidak lebih keren dari wanita yang jadi menantu orang kaya di desa, sekiranya begitu.