"Rasa kasihan." "Karena saya kasihan dengan kamu, karena itu saya akan menikah dengan kamu." Aku tersenyum getir mendengar pengakuan dan alasan yang baru saja diutarakan itu. Seperti tombak tajam yang menancap ke dadaku, fakta itu luar biasa menyakitkan. Dikasihani. Satu kata yang sangat tidak aku suka. Dengan segala keterbatasanku sekarang ini, dengan segala kesulitan yang kualami karenanya, dan walaupun orang-orang disekelilingku selalu menunjukkan sikap kasihan Itu kepadaku, tetap saja aku tidak suka. Aku tidak suka, walau aku butuh dikasihani.