Hai, aku Amelia.
Putri sulung dari tiga bersaudara. Aku terlahir dari keluarga yang sederhana. Keluarga besarku termasuk golongan menengah keatas. Tapi Papa selalu mengajarkan anak anaknya untuk selalu hidup secukupnya, seadanya, dan berhemat.
Karena semenjak menikah dengan Mama, Papa tidak menerima haknya sebagai anak laki laki dirumah Nenek. Semua itu atas hasutan Tante Frida dan Tante Lasma, keluarga dari Papa.
Banyak gosip beredar, kami tinggal dengan Nenek sebagai benalu. Uang Pensiun Nenek habis untukku dan adik adik. Serta mencukupi kebutuhan dapur selama satu bulan.
Kenapa? Karena Mama tidak kerja? Atau karena Mama juga dari keluarga yang terbilang kaya?
Sangat tidak masuk akal menurutku. Mama juga tidak selalu dimanjakan Oma dan Opa. Bahkan keinginan Mama selalu dinomor sekiankan Oma karena ada Om Satria dan Om Toni.
Meski banyak cibiran dari keluarga besar Papa. Apalagi kami tinggal dirumah Nenek sedari aku SD. Bahkan Tantr Frida tidak segan melontarkan kalimat yang tidak seharusnya diucapkan pada bocah kelas 5 SD.
Entah kenapa, saat itu tidak langsung aku bilang ke Papa. Tapi sekarang aku tahu alasannya.
Ya. Karena itu Kakaknya Papa. Aku juga tidak mau keluarga besar ribut karena masalah itu. Setelah tamat SMA, aku sudah keterima di universitas diluar kota. Tapi Mama melarangku dengan Alasan tidak ada uang.
"Ma, kakak bisa usahakan dapat beasiswa. Atau bisa urus surat kemiskinan." Ujarku.
"Jika kita urus surat kemiskinan, apa kata Kedua Tantemu? Mama akan di cap mengajarimu merendahkan nama baik keluarga. Sudahlah kak. Lebih baik kamu kerja saja dulu, setelah itu sambilan kuliah. Kamu sudah diminta sama temen Mama untuk mengisi posisi kosong sebagai adminnya di Mits*bis**. Kantornya dekat dengan rumah Tante Daisy. Untuk sementara kamu tinggal disana dulu. Nanti kalau Kakak sudah jadi karyawan tetap, cari kost yang dekat kantor saja." Jelas Mama.
Prisha nyaris menghabiskan dua windu hidupnya untuk mencintai seorang saja pria. Terjabak friendzone sedari remaja, Prisha tidak pernah menyangka jika patah hatinya gara-gara Paradikta menikah dapat membuatnya hampir mati konyol. Dia baru saja bebas dari jerat derpresi saat melihat Paradikta justru kembali ke dalam hidupnya dengan aroma-aroma depresi yang sangat dia kenali.
"Kamu pikir, kematian bakal bawa kamu ke mana? Ketemu Saniya? Kamu yakin udah sesuci dia? Jangan ngimpi Radi!"
"Mimpi? Ngaca! Bukannya itu kamu? Menikahi saya itu mimpi kamu kan?"
Dan, Prisha tahu jika Paradikta yang dua windu lalu dia kenal saat ini sudah tidak lagi ada.