Masih kuingat seonggok senyuman yang kau suguhkan di depan bolaan mataku. Timbulkan benih-benih jadi dalam rongga dadaku, sesuatu seperti bunga yang mekar. Lalu durinya bergesekan dengan dinding hatiku. Hal yang terlalu takut untuk ku sebut dengan cinta. Namun tak kuasa bila harus kutepis begitu saja.