"Oh ya mal, kemarin kamu bilang kalau buat apa aku menemui mu kan? Pasti tau kata-katanya Deus otiosus tuhan bekerja seperti pembuat jarum jam, alias takdir" ia tersenyum sangat manis "semua berjalan sesuai kehendak tuhan, bagaimanapun kita membenturkan eksistensi" Aku berhenti dan menoleh kepadanya "sepercaya itu? Atau sepasrah itu dengan takdir? Bagaimana jika aku merusak jamnya?" Aku mencubit tanganku sendiri agar air mata tidak menetes, "Ibumu menjadi gila, karena Tuhan atau ayahmu? Kakaku mati karena aku atau Tuhan?" "Apapun itu, kemarin sore tuhan mempertemukan kita" kita diam sejenak "oke, selamat sore, semoga, kau segera menemukan hari terbaikmu" lalu senyumnya yang sangat tipis, tak seperti sebelumnya. _______ Seorang gadis bernama Mala Sakarya jurusan filsafat yang sangat membenci takdir, hingga ia bertemu dengan Choirul Bara.