Kirania pikir, menjadi sahabat dari seorang Cakra Aryasatya Wijaya saja sudah cukup. Kenyataannya, seiring berjalannya waktu, perasaannya tumbuh dan semakin lama semakin mencekik. Sampai akhirnya dia memberanikan diri untuk menyatakan perasaannya kepada laki-laki yang menganggapnya sebagai sahabat itu. "Pertemuan kita di kafe sore itu, ternyata adalah awal mula di mana gue kecanduan lihat wajah lo." Kirania menghela napas panjang. "Ki..." Cakra menatap gadis itu dari samping. "Lo tahu keadaan gue sekarang kayak gimana, kan?" tanyanya yang memancing senyuman tipis Kirania. Gadis itu mengangguk. "Kenapa rembulan diciptakan seorang diri, ya?" Kirania menatap jauh ke angkasa. "Udah malam, sebaiknya gue balik ke kos." Dia berdiri dan berjalan pergi meninggalkan Cakra di rooftop gedung itu sendirian.