Hafiz jatuh hati pada seorang gadis bernama Rega. Sayang sekali, dirinya harus menerima kenyataan bahwa hati sang pujaan telah dihuni oleh pria lain yang tak memiliki hubungan dengannya.
Meski sudah pernah ditolak, Hafiz tak menyerah untuk mendekati Rega. Terus mendekat sampai akhirnya tembok sang gadis mulai runtuh secara perlahan.
Malam itu Hafiz duduk bersama Rega. Bak lingkaran hitam yang membentuk titik kecil, fokus Hafiz hanya tertuju pada Rega. Siapa sangka dalam kurun waktu satu detik, sang gadis bisa membuat fokus Hafiz buyar hanya karena kalimat singkatnya.
"Ambil hati aku dari dia dong, Fiz."
Hafiz sangat senang, ia pikir Rega sudah mulai menyukainya, namun ternyata itu adalah intro tantangan untuk Hafiz.
"Waktumu hanya satu semester ya. Kalau lewat dari itu, mari menjadi teman saja."
Merasa ini adalah kesempatan emas, Hafiz tetap menyetujui tantangan itu tanpa memikirkan hasil akhirnya. Namun sayang, jabatannya sebagai ketua OSIS dan tangan kanan sang ayah, membuat Hafiz berada dalam tantangan lain yang tak diinginkan.
Ruang untuk mendekati Rega sangatlah tipis, Hafiz harus pandai memanfaatkan keadaan, jika tidak maka ia akan kehilangan setiap kesempatan untuk mengambil hati Rega.
Sekiranya, mampu kah Hafiz menjalani kewajibannya sembari menjalani tantangan dari Rega?
Genre : Romance-comedy
Rate : 17+
"Kita kan sering ketemu Ra, ibarat kata kita udah biasa bareng berdua. Jadi bisa aja kan ada perasaan special yang timbul." Ucap Pandu.
Rachma hanya diam sibuk mencerna apa yang dikatakan Pandu barusan, entah malam ini otaknya terasa sangat lambat untuk menerima percakapannya dengan Pandu.
"Kita sama-sama dewasa Ra, jadi nggak mungkinkan aku mau main-main sama kamu. Udah bukan waktunya lagi." Imbuh Pandu lagi.
"Mas Pandu?," panggil Rachma.
Pandu menengok kearahnya, melihat lekat kearah mata hitam nan indah itu dengan lembut.
"Jangan bilang iya kalau akhirnya enggak, jangan janji kalau nantinya nggak bisa menepati." Ucap Rachma sendu.
"Aku nggak pernah main-main sama ucapan aku Ra, sekalinya aku sayang nggak bakal aku lepas. Walaupun ada yang menentang sekalipun." Tegas Pandu.
Malam ini bintang serta cahaya rembulan menjadi saksi antara mereka berdua, membangun komitmen memang tak pernah semudah membalikkan telapak tangan. Harus ada kepercayaan, komunikasi, serta pengertian yang luas dan dikehendaki keduanya.