5 parti In corso Di balik pagar tinggi dan lantunan ayat yang terus mengalun, ada tempat yang tampak damai. Setiap hari diatur oleh jadwal yang sama, suara azan yang memanggil, dan wajah-wajah yang seolah tenang. Tapi ketenangan tak selalu berarti aman.
Beberapa datang ke tempat itu untuk mencari ilmu, sebagian untuk mencari arah. Namun ada yang datang membawa beban yang tak kasat mata, beban yang tak bisa ditinggal di luar gerbang. Di dalam kamar-kamar sempit dan lorong-lorong yang tak pernah benar-benar sepi, sesuatu mengintai. Bukan sosok. Tapi perasaan. Tekanan. Dendam. Dan rasa bersalah yang tak pernah padam.
Apa yang terjadi di masa lalu seolah terkubur rapi. Tidak ada yang berani membicarakannya, apalagi menanyakan. Tapi diam tidak pernah benar-benar memadamkan kebenaran. Ia hanya menundanya... sampai waktunya tiba untuk muncul dalam bentuk yang tak terduga.
Dan ketika suara-suara samar mulai terdengar saat malam tiba, ketika tatapan menjadi dingin dan doa-doa terasa hampa-seseorang tahu bahwa tempat itu tidak lagi menjadi tempat berlindung. Tapi medan perang yang sunyinya bisa membunuh siapa saja yang memilih tetap diam.