Sebelum baca cerita nya, jangan lupa buat follow akun me ya.
" za, diantara langit , apa yang paling kamu sukai ? " Arasya melepaskan pelukannya, menatap lekat mata lelaki itu dengan mata indahnya.
" Senja, " Jawab Nya tersenyum manis.
"Kenapa?" Ia kembali bertanya.
" Karena senja tidak pernah mengeluh ketika keindahan nya diganti oleh langit malam, ia akan tetap kembali dihari esoknya dengan membawa kembali sejuta bahagia baru, " jawab nya dengan senyuman yang tak lepas dari bibir nya .
" Mengapa tidak pelangi saja ? Ia memberikan warna tersendiri di langit , lukisan nya mampu membuat kita tersenyum, " ujar Arasya menyela .
"Pelangi memang indah , warna nya melukiskan sesuatu yang berarti di langit , namun ketika waktunya usai, pelangi akan menghilang kembali, pelangi dan warna nya akan pergi tanpa pernah tau kapan ia akan kembali, " jawaban nya dapat membuat gadis itu diam menatap nya dan bergelut dengan pikirannya sendiri, entah apa yang dipikirkannya setelah mendengar penuturan lelaki itu, hanya dia dan tuhan yang tau.
" Kalau kamu ? Apa yang kamu suka ? " Giliran dirinya yang bertanya pada gadis itu .
" Langit. " ucapnya dengan mata berbinar.
Lelaki itu mengernyitkan dahi nya , seolah memberi isyarat akan pertanyaan "Alasannya?"
Dengan senyuman yang mengembang di bibir manisnya , Arasya menjawab dengan antusias .
" Karena langit menyimpan begitu banyak arti , langit dengan sejuta kesabarannya menanti pagi menjadi malam dan malam menjadi pagi , ia membiarkan matahari dan bulan saling terjaga dimalam hari ataupun siang hari , bahkan senja dan pelangi tak kan hadir tanpa adanya langit ," gadis itu menjawab dengan tersenyum menatap ke arah langit , lalu kembali menatap lelaki itu , Zaki sedari tadi hanya memperhatikan wajah cantik arasya yang sedang bercerita, wajahnya yang teduh membuat nya nyaman terus menerus menatap nya .
Kau meninggalkan DUKA untuk diriku yang banyak LUKA
"GUE NGGAK PERNAH BENCI HUJAN! TAPI, HUJAN WAKTU ITU, BIKIN GUE JADI BENCI HUJAN UNTUK SELAMANYA!" Teriak Aziva.
Hujan yang ia kira menyembuhkan segala luka dan membuatnya bahagia... Ternyata menjadikannya sebagai duka yang tidak dapat ia sembuhkan sampai kapanpun. Untuk pertama kalinya gadis itu membenci hujan yang selalu menjadi alasannya untuk bahagia.
Untuk pertama kalinya ia berteduh dari hujan yang katanya dulu selalu membuatnya bahagia. "Aku benci caramu yang mengingatkanku pada duka dan kehilangan..."
Air hujan yang jatuh membasahi bumi. "Aroma tanah basah, mengingatkanku pada kisah yang telah patah," gumam Aziva.
«« »»
"Semuanya akan baik-baik saja..." Kata Thala sambil memegang pipi Aziva.
Matanya yang tak bohong dapat memancarkan kasih yang begitu tulus padanya. "Jangan lupa tersenyum. Senyum ini jangan pernah hilang... Senyum yang selalu jadi semangat gue jangan lo hilangin," katanya dengan nada yang tak terbantah.
Air mata terus berjatuh membasahi pipi Aziva. "Dan lo harus janji sama gue. Lo bakalan selalu tersenyum, dan nggak nangisin gue. Lo harus lanjut hidup lo dan lupain gue untuk selamanya." Aziva menggelengkan kepalanya tak sanggup.
"Tidak... Itu semua hanya kata penenang buat gue! Gue benci sama lo!"
"Bagus, benci gue, Sa, benci gue..."