"Jaga putri paman sebaik yang mungkin. paman dapat merasakan bahwa waktu paman tidak lama. paman hanya mengharapkanmu. Jika boleh, maka menikahlah dengannya. Paman... izinkan," kata lelaki tua itu sambil memegang perutnya yang berdarah. "Tidak... paman. tolonglah bertahan, paman. ambulans akan segera tiba." pemuda itu memangku paman di pangkuannya. dia tidak menyerah menyemangati paman untuk melanjutkan meskipun dia tahu paman itu sedang sekarat. "Tugas paman kepada keluargamu sudah selesai. paman bisa pergi dengan tenang. kirim salam pada anak paman. Katakan padanya paman menyayanginya. paman ingin dia belajar dengan baik. Capai impiannya. Jangan tinggalkan doa. paman juga berharap agar kamu dan anak paman bisa menjaga ibu paman." "Ya... pak. Saya akan melakukan apa saja pak katakan." Pemuda itu memegang tangan sang paman dengan mata berkaca-kaca. Sang paman mengucapkan dua kalimat syahadat sebelum memejamkan mata rapat-rapat, menandakan bahwa roh telah meninggalkan jasadnya. "Paman!" Pemuda itu menggoyang-goyangkan tubuh pamannya itu berkali-kali. Namun, tidak ada tanggapan. Pemuda itu menangis sambil memeluk tubuh tua itu. "Tidak apa-apa paman. Ad berjanji akan menuntut kematian paman, mama dan papa Ad. Orang itu telah memerintahkan kematian karena mengacau keluarga Ad dan Ad tidak akan melepaskannya.Bahkan sampai ke lubang cacing, aku akan mencari..." Kemudian, dia bertekad untuk menemukan dan membalas dendam pada dalang kematian orang yang dia cintai.