Penulis: Jian Jia Shen Shen | 83 Bab
Jenis: Melalui Kelahiran Kembali
Wen Jiaojiao selalu tahu bahwa dia adalah peran pendukung wanita dalam novel pasca-apokaliptik. Tidak seperti peran pendukung wanita biasa, dia memiliki suami yang memperlakukannya dengan sangat baik.
Dalam kehidupan terakhirnya, dia diam-diam menyukainya untuk waktu yang lama, dan ketika dia menderita, dia mengorbankan segalanya untuk menyelamatkannya dari jurang maut.
Belakangan, mereka menjadi pasangan biasa, menemani satu sama lain melewati masa-masa tersulit, sampai dia terinfeksi oleh spesies yang heterogen dan meninggal dunia.
Tanpa diduga, ketika dia membuka matanya, dia terlahir kembali dan kembali ke hari sebelum akhir dunia. Pada saat ini, dia baru saja membangkitkan kemampuan penyembuhannya, markas tersebut belum diserang oleh spesies asing, dan suaminya belum terinfeksi ...
-
Fu Yan terinfeksi oleh spesies mutan di kehidupan sebelumnya. Dari kekaguman para jenderal hingga para pengamat yang tidak bisa lagi bebas. Saat itu, dia memiliki sumber mutasi yang kuat, dan tidak ada tabib yang mau mendekatinya.
Tepat ketika dia akan diasingkan, dia bertemu dengan seorang gadis kecil yang baru saja lulus ujian tabib. Suara gadis kecil itu lembut, tetapi nadanya tegas. Dia berkata, "Aku akan menyelamatkanmu."
Setelah Fu Yan terlahir kembali, hal pertama yang dia lakukan adalah pergi ke daerah kumuh untuk mencari istrinya.
Ada seorang gadis kecil yang kotor di sudut perkampungan kumuh, dengan mata cerah dan senyum dangkal, dia berbaring di sudut dan diam-diam menatapnya.
Fu Yan sedang berpikir tentang bagaimana mendekat agar tidak membuatnya takut, tetapi dia tidak menyangka bahwa pada detik berikutnya dia dapat dengan jelas mendengar gadis kecil di sudut memanggil dengan lembut, "Ah Yan."
"..."
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens.
"Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gue, rotinya yang enak banget atau emang gara - gara dari orang special?" Mahes bertanya sambil menatap tepat pada mata Aira.
"Eh.. Tuan mau?" Aira mengerjapkan matanya.
"Mau, gue mau semuanya!" Mahes merebut bungkusan roti yang masih berisi banyak, kemudian langsung membawanya pergi. Aira reflek mengejar Mahes.
"Tuan kok dibawa semua? Aira kan baru makan sedikit," Aira menatap Mahes dengan raut memelas.
"Mulai perhitungan ya lo sekarang sama gue."
"Enggak kok, tapi kan rotinya enak, Aira masih mau lagi," Aira berkata dengan takut-takut.
"Ga boleh!" Mahes langsung melangkahkan kakinya ke arah tangga menuju kamarnya. Aira langsung cemberut menatap punggung Mahes yang mulai jauh.
Cerita dengan konflik ringan