Thalita beringsut menghampiri Farzan yang tergeletak di lantai. Dengan susah payah, Thalita meraih tangan pria tersebut. Matanya tidak berhenti mengeluarkan air mata, dia tidak kuas untuk bangkit menyelamatkan teman-temannya.
Theo terikat di atas tiang yang tinggi, pria memakai kacamata itu tidak sadarkan diri. Wajahnya penuh luka lebam serta kepalanya mengeluarkan banyak darah. Tidak jauh berbeda, ketiga teman Thalita yang lain juga tidak sadarkan diri dalam keadaan babak belur.
Thalita menangis histeris memanggil nama teman-temannya. Dia tidak bisa bangkit untuk menyelamatkan diri. Kedua kaki Thalita patah.
"Farzan, bangun. Aku mohon!" teriak Thalita menangis histeris.
Mata Thalita menatap pada di dinding ruangan tersebut. Terdapat sebuah bom yang berjalan pada hitungan 20 detik. Thalita hanya pasrah dengan semua itu, dia tidak kuasa untuk menyelamatkan teman-temannya. Mungkin semua adalah akhir dari perjuangan mereka.
"Aku minta maaf," ucap Thalita lirih.
Thalita memejamkan matanya, dia menggenggam erat tangan Farzan. Thalita berharap semua ini hanya mimpi, tidak terasa bom waktu itu berhenti berdetak, terdengar suara ledakan bom bersahutan hingga sampai pada titik keberadaan Thalita dan teman-temannya.
Duar! Duar! Duar!
Lingling Sirilak Kwong, pewaris salah satu rumah sakit paling bergengsi di Thailand, tidak tertarik pada cinta. Terluka oleh pengkhianatan masa lalu, dia bersumpah tidak akan membuka hatinya lagi. Namun ketika tekanan untuk menikah dan mempertahankan warisan keluarganya meningkat, Lingling mendapati dirinya terpojok-sampai sebuah pertemuan tak terduga memberinya ide yang berani.
gxg
Versi Indonesia