Lantas, bagaimana denganku yang tetap terlihat salah meskipun aku hanya diam ketika kau marah. Aku hanya sedang kelelahan, menata apa yang kusebut sebagai masa depan. Namun, ketika aku berharap pelukmu 'lah yang paling menghangatkan, semesta justru menghadiahkan patah. Sesekali jamulah harap yang selalu kudekap. Selama ini hanya abai yang menjadi jawab, mematikan sedikit demi sedikit rasa percaya diri yang berusaha kupertahankan dengan erat. Bagaimana dengan jiwa yang rapuh, bila dipaksa terus menerus menelan acuh? Andai kutemukan satu saja alasan untuk tetap bertahan, pasti langkahku tak akan pernah bisa meninggalkan. Aku pun turut menyecap kecewa pada rasa tak percaya, menepis jauh-jauh segala kecamuk yang menyesakkan dada. Tapi lagi-lagi, bersamanya kita justru memperparah luka yang belum sepenuhnya terobati. Aku ingin berhenti, tapi rasaku enggan beranjak pergi. Bila nanti detakku untukmu punah, kepalaku tidak akan pernah lagi menoleh, sebab tentangmu sudah kutinggalkan jauh di belakang, terkubur di tempat yang tak terjangkau. •Semesta, 30 Juni 2023