Ketika si acts of service bertemu dengan words of affirmation.
Kanaya Hilmi, 17 tahun. Mungil, periang, ceplas-ceplos, dan serampangan.
Dia adalah gadis yang berperilaku seperti buku yang terbuka, melakukan segala yang dia suka tanpa di tutup-tutupi. Tipikal orang yang akan mengungkapkan perasaannya tanpa kepalsuan.
"Kalau sayang ya nggak perlu ribet! Kasih lihat aja dengan terbuka." - Naya
---
Btara Wibisana, 18 tahun. Jangkung, dingin, berlidah tajam, dan pintar.
Si ketus yang susah di dekati. Tidak suka orang yang berisik dan serampangan. Tapi sekalinya sayang, bucinnya minta ampun.
"Cewek urakan dan bego nggak pernah masuk list cewek yang bisa gue perhatiin. Tapi kalau lo bisa, gue obral cinta gue buat lo aja!" - Btara
---
Lantas bagaimana jadinya kalau dua orang dengan karakter berbeda ini di pertemukan dalam ikatan perjodohan?
"Ini namanya neraka!" - Naya dan Btara
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens.
"Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gue, rotinya yang enak banget atau emang gara - gara dari orang special?" Mahes bertanya sambil menatap tepat pada mata Aira.
"Eh.. Tuan mau?" Aira mengerjapkan matanya.
"Mau, gue mau semuanya!" Mahes merebut bungkusan roti yang masih berisi banyak, kemudian langsung membawanya pergi. Aira reflek mengejar Mahes.
"Tuan kok dibawa semua? Aira kan baru makan sedikit," Aira menatap Mahes dengan raut memelas.
"Mulai perhitungan ya lo sekarang sama gue."
"Enggak kok, tapi kan rotinya enak, Aira masih mau lagi," Aira berkata dengan takut-takut.
"Ga boleh!" Mahes langsung melangkahkan kakinya ke arah tangga menuju kamarnya. Aira langsung cemberut menatap punggung Mahes yang mulai jauh.
Cerita dengan konflik ringan