Di bawah lapisan hangat seragam putih biru kusut, Senja Gitarja, sang pahlawan bagi dirinya sendiri kini hadir di dalam gelap dinaungi serigala bertubuh tinggi besar, berseibo hitam berlapis topeng. Benar, serigala-serigala itu bagai manusia yang ia jumpai semasa masih duduk di bangku sekolah menengah pertama, di pagi hingga siang hari yang terhitung panjang. Dalam tundukan kepala yang penuh gelap dan rasa ketidakdilan. Pantaskah mereka yang buruk didekap kehangatan bagai tak punya rasa bersalah sama sekali? Pantaskah kesalahan seluas samudra menciut hingga tak terlihat bagai sebutir debu? Pantaskah kebaikan tertutup salju tebal lalu hilang entah kemana sebab buah hasut-menghasut para bedebah? Pantaskah kami, para manusia-manusia yang hanya punya pendirian diri tak disanjung sama sekali oleh dunia? Lalu pantaskah mereka yang tangannya kotor bak membunuh temannya sendiri di hutan belantara yang gelap dan sedikit udara, bermain dengan kehangatan yang kami impi-impikan? Berapa banyak manusia yang akan kau samakan nasibnya sama seperti kita-kita ini, bedebah? 2 bulan menuju kelulusan ialah bulan-bulan kami para 'yang disingkirkan' untuk menikmati api panas yang dicipta oleh mereka. Tolong, bertahan sebentar untuk ini, 6 kawanku. Kelak di hari kelulusan tiba kita berlomba-lomba jadi juara berpredikat orang paling bahagia di dunia.