Usia sudah kepala dua tapi calon suami impian tak kunjung kelihatan batang hidungnya. Jangankan suami, tanda-tanda kedatangan pacar pun abstrak alias tak jelas begini. Setiap kali ada yang mencoba mendekat, seringnya ilang feeling duluan. Entah karena tabiat lelakinya, tampangnya, atau hal-hal lain yang rasanya di luar nalar. Intinya, sekali no, tetap no (kalau sudah menyangkut red flag).
Begitulah pemikiran Miss Logis. Wening namanya. Hobinya sih bekerja, ala-ala sigma woman. Dirinya cenderung mengesampingkan laki-laki dalam perjalanan karir dan pendidikannya. Maksudnya, tidak mencampur-adukkan cinta gitu. Prinsip hidupnya itu dipilih Wening untuk membangun benteng pertahanan diri dan menjaga hatinya dari distraksi tak jelas berupa cinta.
Namun, apakah benar Wening menjadikan prinsip tersebut sebagai patokan dalam hidup? Bukankah setangguh apapun perempuan juga butuh bahu laki-laki untuk bersandar? Butuh dada bidang saat ingin memperoleh rengkuhan? Atau setidaknya telinga untuk menampung keluh-kesah kala realitas hidup menghantam begitu dahsyatnya?
Terendra tak pernah mengira jika diumurnya yang sudah menginjak kepala empat tiba-tiba saja memiliki seorang putra yang datang dari tempat yang tak terduga.
Bocah 17 tahun mantan anggota kelompok buronan?
Tapi itulah faktanya.
--------------------
#rank1 in najaemin (02/2/2024)
#rank1 in action (26/6/2024)
#rank1 in sick (30/9/2024)