Ibu pengasuh bilang, alasan Jaeyun hingga duapuluh satu hidup di panti asuhan adalah karena orang lokal kurang menyukai fitur wajahnya yang merupakan campuran dari ras kaukasoid. Jaeyun kecil jelas tidak terima akan itu, dunia terasa begitu tidak adil padanya. Namun, kini ketika ia telah tumbuh dewasa dan berusaha berdamai dengan semua kenyataan pahit itu, Lee Heeseung hadir seperti badai yang menawarkan pelangi di penghujung waktu. "Jaeyunie, tolong pikirkan kembali tawaran tuan Lee, ya? Ini juga demi adik-adikmu. Mereka memiliki 'nama' di Gyeonggi, Jaeyunie! Mereka berjanji untuk menjadi donatur tetap! Kamu bisa berhenti bekerja dan mulai menikmati masa mudamu!" remasan lembut di pundak Jaeyun terima. Ia hanya bisa menunduk dalam. Menyimak ujaran ibu pengasuh yang menggebu-gebu seolah mukjizat di luar nalar baru saja Tuhan turunkan untuknya. Kesepuluh jemari di pangkuan Jaeyun tautkan sebagai representasi dari rasa cemas dan gundah yang dominan berisi kebingungan tak berujung. Sebuah pertanyaan retoris di kepalanya yang terus berulang kini kembali timbul ke permukaan; apakah takdirnya hanya berisi tentang hal semacam ini? Hanya untuk terus berserah diri dan mengalah? Jaeyun hanya mengangguk pelan setelah menghela napas panjang. Ia terlihat seperti sekuntum lilly yang layu di atas meja. Dicampakkan setelah dipangkas dari dahannya. ; a jake harem fanfiction by margondaliaaa.All Rights Reserved