Di tengah gemerlapnya cahaya kota, Ayah selalu mengatur kencan buta untukku, dia berharap aku menemukan pria yang cocok untuk dijadikan suami. Tapi kenyataannya aku tak menemukan pria yang cocok malah dicap sebagai 'barang dagangan', karena terlalu sering dijodohkan-jodohkan oleh Ayah. Aku tidak ingin membuang-buang waktu untuk berkencan atau sejenisnya. Aku hanya ingin sebuah kepastian, "Ayo kita menikah. Kalau tidak mau, silakan pergi". Namun, siapa sangka, setelah menikah aku malah terlibat lagi dengan mantan kekasihku yang sudah lama kubuang.