Kian Santang, lahir dalam gemerlap kerajaan Padjajaran pada tahun 1500 Masehi, menjalani kehidupan yang dipenuhi dengan liku-liku dan masalah yang memperkuat dirinya sebagai sosok ksatria tak kenal takut. Kelahirannya yang terjadi di tengah pemberontakan dan ketegangan di kerajaan menjadi awal dari kisah epiknya.
Dari awal hayatnya, Kian Santang dibawa dalam alur pertempuran dan konflik. Pemberontakan yang mengancam kedaulatan istana, intrik politik di istana, dan pertarungan melawan musuh-musuh yang kuat menjadi bagian tak terpisahkan dari perjalanan hidupnya. Meskipun berdarah biru sebagai keturunan Raja Sliwangi dan Subang Larang, Kian Santang terus menghadapi ujian-ujian berat.
Penuh semangat ksatria, Kian Santang tumbuh menjadi pribadi yang penuh dengan keberanian dan tekad. Dia harus mengatasi tidak hanya ancaman dari luar, tetapi juga dinamika internal dalam kerajaan. Pilihan-pilihan sulit dan keputusan-keputusan berat harus diambilnya, membentuk karakternya menjadi pemimpin yang bijaksana dan tegas.
Dalam perjalanannya, Kian Santang juga merasakan pahit getirnya cinta. Hubungan asmara yang dipertaruhkan dalam situasi konflik dan pilihan sulit memberikan warna emosional pada hidupnya. Cinta menjadi sumber kekuatan dan kelemahan baginya, memperkaya dimensi kisahnya.
Namun, dengan setiap masalah dan rintangan yang dihadapinya, Kian Santang tidak pernah kehilangan tekadnya untuk mempertahankan keadilan dan perdamaian. Hidupnya penuh dengan pertempuran-pertempuran yang menentukan takdir kerajaan dan nasibnya sendiri. Dalam setiap langkahnya, Kian Santang mewarisi legenda ksatria yang berjuang demi kebaikan dan keadilan, menjadikannya tokoh yang dihormati dalam sejarah Padjajaran.
Bagaimana kisah selengkapnya? Mari kita bacaa
Dihamilin sama mantan? Si mantan udah punya tunangan pula!!
"Saya akan menikahi kamu."
"Lalu bagaimana dengan istri anda?"
"Kita akan menikah siri."
***
Di setiap malam Leila selalu menggaungkan akan kerinduannya terhadap kekasih masa kecilnya yang ia tinggalkan begitu saja usai badai menerjang keluarga kecilnya. Namun, tepat ketika perpisahan mereka menginjak tahun ke-14 mereka kembali dipertemukan dengan keadaan berbeda.
Kekasih masa kecilnya, orang yang dulu selalu mengutarakan janji bahwa hanya Leila yang senantiasa terukir di hatinya, tidak akan pernah ada perempuan lain menyingkirkan nama Leila di hatinya, nyatanya di depan mata Leila sendiri, mereka berpelukan seraya membicarakan masa depan mereka.
Seolah belum cukup dengan kekisruhan dalam keluarganya di masa lalu serta mendapat fakta bahwa kekasih masa kecilnya yang tidak pernah hengkang dari hati dan pikirannya, semesta menggoreskan kembali luka yang belum sempat mendapat obatnya.
Tepat di malam setelah gala premiere film dari novelnya, dirinya menghabiskan malam panas yang tidak pernah sekalipun hadir dalam benaknya bersama kekasih masa kecilnya.
Menyatukan mereka yang sempat berpisah belasan tahun lamanya.