Story cover for [10] ASMARANAMI by salmagustia
[10] ASMARANAMI
  • WpView
    Reads 61
  • WpVote
    Votes 7
  • WpPart
    Parts 4
  • WpView
    Reads 61
  • WpVote
    Votes 7
  • WpPart
    Parts 4
Ongoing, First published Jul 01, 2023
Mature
Tentang kisah percintaan Namira yang gagal menikah dengan pacarnya di tengah persiapan yang hampir selesai. Pembatalan sepihak tanpa alasan membuat hidup Namira berasa hancur, mental yang hampir gilaa. Tapi masalah percintaan Namira tidak hanya sampai disitu, seiring berjalannya waktu satu persatu berbagai masalah muncul hingga membuat Namira sudah tidak percaya lagi dengan adanya Cinta.

Namira benci hidupnya.
Namira benci yang namanya cinta
Namira benci ketika dirinya merasa kesepian.

   "Hidup memang adil, ketika kita selalu di kelilingi oleh teman-teman yang baik, kita sangat susah untuk mendaptkan pasangan hidup. Kita tidak butuh pasangan, namun disisi lain aku kesepian"
All Rights Reserved
Sign up to add [10] ASMARANAMI to your library and receive updates
or
Content Guidelines
You may also like
Mr. & Mrs Albrecht by haygirl22_
12 parts Complete Mature
Arga baru saja melangkah keluar kamar, ponsel yang sempat tertinggal kini sudah di tangan. Namun begitu ia membuka pintu, langkahnya terhenti. Sosok itu sudah berdiri di ambang pintu-dengan senyum licin yang terselip di sudut bibir merah basahnya. "Mas, sebentar..." ucapnya lirih, lalu tanpa ragu memutar kunci pintu hingga terdengar bunyi klik yang terasa nyaring di tengah keheningan. Ia lalu berbalik, perlahan, seperti sengaja mempermainkan waktu. Tatapannya menusuk tajam, lembut tapi memabukkan. Langkahnya mendekat, tumit sepatu kecilnya menjejak lantai dengan bunyi halus yang menggema di kepala Arga lebih dari yang seharusnya. Ia mendekat... dan terus mendekat-hingga napasnya menghangat di kulit wajah Arga. Saat jarak hanya tersisa desah, ia berjinjit lalu melingkarkan tangannya ke leher Arga. Tubuh mereka kini bersatu tanpa celah, dan hidung mereka bersentuhan. Arga yang refleks merangkul pinggang ramping itu tahu, ini adalah awal dari sebuah ujian yang tak diajarkan di kitab-kitab kuning pesantren. "Aku lagi pengen, Mas. Sekarang," bisiknya nyaris tak terdengar, namun cukup untuk membuat darah Arga mendidih pelan. Bibir itu mencium bibirnya-hangat, basah, berani. Bukan ciuman biasa. Ciuman perempuan yang tahu pasti bagaimana caranya merobohkan benteng pertahanan laki-laki yang selama ini berdiri dalam istighfar. Arga sempat hanyut, meski sesaat. Tapi nurani santrinya masih hidup. Ia menarik diri perlahan, menyisakan napas yang masih beradu, dan dekapan yang belum ingin dilepas. "Jangan di sini... rumah Ayah, nanti mereka nunggu kita kelamaan," bisiknya, berusaha terdengar tenang padahal dadanya bergemuruh. "Mereka pasti ngerti. Kita suami istri, kan?" bisiknya menggoda. "Sekali aja, Mas... aku udah nahan dari tadi. Aku pengen kamu. Banget." Arga menunduk. Nafasnya dalam. Istighfar meluncur di batin, cepat dan berulang. Tapi yang satu ini bukan setan-ini godaan yang berwujud indah, harum, dan nyata.
You may also like
Slide 1 of 10
Mr. & Mrs Albrecht cover
Ragu Semesta cover
Still Falling For You  cover
May I Love You? cover
Soulcation cover
TRAPPED WITH MY EX cover
Pengganti  [REPUBLISH] cover
The Fault Wedding cover
DIPAKSA JADI JODOH (on going) cover
Saat Cinta Harus Memilih (End) cover

Mr. & Mrs Albrecht

12 parts Complete Mature

Arga baru saja melangkah keluar kamar, ponsel yang sempat tertinggal kini sudah di tangan. Namun begitu ia membuka pintu, langkahnya terhenti. Sosok itu sudah berdiri di ambang pintu-dengan senyum licin yang terselip di sudut bibir merah basahnya. "Mas, sebentar..." ucapnya lirih, lalu tanpa ragu memutar kunci pintu hingga terdengar bunyi klik yang terasa nyaring di tengah keheningan. Ia lalu berbalik, perlahan, seperti sengaja mempermainkan waktu. Tatapannya menusuk tajam, lembut tapi memabukkan. Langkahnya mendekat, tumit sepatu kecilnya menjejak lantai dengan bunyi halus yang menggema di kepala Arga lebih dari yang seharusnya. Ia mendekat... dan terus mendekat-hingga napasnya menghangat di kulit wajah Arga. Saat jarak hanya tersisa desah, ia berjinjit lalu melingkarkan tangannya ke leher Arga. Tubuh mereka kini bersatu tanpa celah, dan hidung mereka bersentuhan. Arga yang refleks merangkul pinggang ramping itu tahu, ini adalah awal dari sebuah ujian yang tak diajarkan di kitab-kitab kuning pesantren. "Aku lagi pengen, Mas. Sekarang," bisiknya nyaris tak terdengar, namun cukup untuk membuat darah Arga mendidih pelan. Bibir itu mencium bibirnya-hangat, basah, berani. Bukan ciuman biasa. Ciuman perempuan yang tahu pasti bagaimana caranya merobohkan benteng pertahanan laki-laki yang selama ini berdiri dalam istighfar. Arga sempat hanyut, meski sesaat. Tapi nurani santrinya masih hidup. Ia menarik diri perlahan, menyisakan napas yang masih beradu, dan dekapan yang belum ingin dilepas. "Jangan di sini... rumah Ayah, nanti mereka nunggu kita kelamaan," bisiknya, berusaha terdengar tenang padahal dadanya bergemuruh. "Mereka pasti ngerti. Kita suami istri, kan?" bisiknya menggoda. "Sekali aja, Mas... aku udah nahan dari tadi. Aku pengen kamu. Banget." Arga menunduk. Nafasnya dalam. Istighfar meluncur di batin, cepat dan berulang. Tapi yang satu ini bukan setan-ini godaan yang berwujud indah, harum, dan nyata.