Sudah setahun lamanya, hari-hariku hanya merebahkan punggung di ruangan serba putih. Miris, tak punya teman ngobrol selain dokter dan beberapa perawat. Sampai tiba di suatu hari aku lelah dengan keadaan dan kondisiku yang monoton, aku mencoba bangun dan beranjak dari posisiku. Ku cabut infus sembari melangkahkan kaki menuju jendela. Aku ingin hari itu menjadi saksi bahwa Michelle Graciella sudah menyerah dengan takdirnya. Aku terus berjalan, membuka jendela dan mencoba keluar. Berhasil, aku tersenyum tipis. Diri ini berharap akan segera bertemu dengan mommy dan memeluknya seerat mungkin. Kembali ku tengok ke belakang, setahun terakhir memori-memori sebelumnya berputar kembali. Dad yang tak pernah menjengukku sekalipun, saudara kembarku yang hanya datang sekali seminggu hanya untuk memberiku buah-buahan yang kurasa itu tak perlu. Hidupku terlalu monoton untuk bertahan. Tak ada gunanya jika aku berharap akan sembuh. Tanpa basa-basi lagi, aku terus berjalan dan memejamkan mata. "Thank you world.."
3 parts