Apa yang semesta inginkan sekarang? Tidak bisa 'kah sedikit saja membiarkan rasa memeluk dengan hangat dua raga yang saling merindu? Untuk sekali ini saja, izinkan harapan yang telah hancur dirakit kembali dan berjanjilah tidak akan ada lagi yang mampu merusaknya. Rindu mu ada disini. Genggam tangan ku kembali, berjalan lagi bersama ku seolah tidak ada satupun yang kita takuti meskipun peluh tidak peduli. Ya, aku maksa. Memaksa dari takdir yang sepertinya tidak akan mengubah apapun. Nyatanya, berada didekat mu kembali rasanya sudah lebih dari apapun. Dari khayalanku yang tanpa ku sadari justru membuat sakit. Maaf, egoku masih sama. Setidaknya sekarang aku puas, mencurahkan segala isi hati yang sudah terlalu lama ku pendam. Ah, harusnya kamu juga mencurahkan isi hatimu, ya. Tidak apa, aku tetap bisa merasakan dari genggaman erat tangan mu yang dingin ini dan, ah, airmata yang keluar dari mata mu. Semesta begitu jahat. Lagi dan lagi tidak mengabulkan harap yang sudah ku langitkan. Kali ini lebih sakit. Semua terkubur tanpa sisa. Dan aku harus benar-benar belajar bagaimana caranya untuk ikhlas saat ini. Kehilangan yang lebih sakit dari sebelumnya. Terima kasih, Saba. Karena telah menjadikan aku wanita yang pertama dan terakhir untuk hatimu, membawa seluruh perasaan ku dan melukis kenangan kita disana. Aku janji akan baik-baik saja disini dan berharap semesta mengizinkan ku untuk menjadikan mu juga yang terakhir di hatiku. Sampai jumpa kembali. Jadilah kamu yang menjemputku ketika aku pulang bersama mu. Sabdanya, Rindu.