Dua manusia, Rumi dan Re tidak akan menyangka mereka dirundung kebimbangan antara menelantarkan impiannya atau terus menerus memelihara rantai asmaranya yang kian rapuh lewat surat-surat, lewat lagu. Di atas goresan kertas mereka merekam jejak memori masa lalu, menganggap bahwa kehidupan akan berjalan seperti yang mereka selalu reka. Sayangnya ini bukan novel fiksi, inilah realitas, waktu menggerus orang-orang yang berada di dalamnya, lalu hanya menyisakan hampa. Namun, melalui tulisan, Rumi dan Re selalu bersama.