41 parts Complete MatureLangit kelabu. Sirine meraung. Rel kereta masih bergetar sisa kepanikan. Seorang wanita turun dari mobil kantor Metro 7 dengan rompi pers dan ID Card menggantung di leher. Kamera bergoyang, suara orang-orang bercampur dengan peluit petugas.
Di tengah kekacauan... satu sosok berdiri tegak.
Seorang pria dengan seragam masinis kusut, helm safety, dan wajah datar-sedatar-datarnya. Tangannya pegang HT, mulutnya ngasih instruksi padat ke teknisi lain. Tapi matanya... serius, tajam, dan fokus penuh.
"Itu masinisnya?" bisik wanita itu ke kameramennya. "Iya, katanya dia yang sempat tarik rem darurat."
Ia mengerutkan dahi. "Mukanya... ketus amat ya. Gak ada ramah-ramahnya."
Biasanya kalau ketemu petugas di lapangan, mereka nyapa balik. Tapi yang satu ini? Ngelirik pun enggak.
Dia jalan melewati wanita itu begitu aja. Nggak senyum, nggak angguk, cuma jalan.
Dan entah kenapa, justru itu yang bikin wanita itu berhenti sejenak.
Karena di balik wajah lempeng itu... ada sesuatu yang menarik. Serius. Tanggung jawab. Dan jujur.
Dia nanya ke petugas, "Masinis itu siapa namanya?"
"Vikram."
Ia nyimak. Lalu, pelan-pelan dia buka notes kecilnya. Di halaman paling belakang, dia tulis satu nama.
"Vikram - masinis lempeng, bukan kandidat jodoh settingan."
Dua jiwa berjalan di lintasan yang tak pernah bersinggungan.
Yang satu tumbuh dalam sorotan cahaya, bicara untuk dunia, suaranya tajam menembus layar. Yang satu lagi, hidup dalam diam dan deru mesin, menyusuri rel panjang dengan mata yang selalu awas.
Dunia mereka tak sejajar- satu di menara kaca, satu di rel tanah. Tapi semesta tak peduli garis keturunan, kasta, atau nama belakang.
Yang dia lihat bukan gelar, tapi keberanian. Yang dia cari bukan kemewahan, tapi kejujuran.
Namun, tak semua yang saling jatuh bisa saling jatuh ke pelukan.
Ini kisah dua manusia yang terlalu dalam mencintai, di dunia yang terlalu sempit untuk menampung mereka.
#1 in romance
#1 in culture class