Semakin dekat semakin pula perasaan itu mendesak. menekan kuat-kuat seakan tidak ada kesempatan lagi untukku menghirup oksigen seperti biasanya. Langkah kakiku memberat, tanganku juga sekarang sudah gemetar hebat. sebulir air mata terjatuh begitu saja. meluncur cepat menelusuri pipi tirusku. Berlutut aku di sebuah gundukan tanah yang di tumbuhi rumput-rumput. aku meletakkan serangakaian bunga edelweis di depan nisan bergoreskan tinta perak. nama istriku. suaraku tercekat. dengan suara serak di iringi air mata yang semakin deras turun, aku tersenyum lembut sambil mengusap tulisan yang terukir indah nisan tersebut. "Aku merindukanmu sayang." inspired by my favorite song-bunga terakhir by AfganAll Rights Reserved
1 part