Setiap orang punya impian, termasuk Kiana. Sedari kecil ia mempunyai semangat belajar yang tinggi. "Tak usahlah kamu bermimpi terlalu tinggi, Nak. Cukup sampai SMA saja, tak usah kuliah." Begitu kata Bunda padanya. Tertatih langkah meraih impian. Merobohkan tembok besar yang menjadi penghalang. Meski lelah dan hampir menyerah. "Gue benci lo. Tapi, gue lebih benci liat lo nangis kaya gini." Kata-kata Riski walau menyakitkan, tapi mampu membuat tangannya terangkat menghapus air mata dikala sedih melanda. Berjuang di tanah perantauan tanpa sanak saudara. Tak ada tempat mengadu selain Tuhannya. "Ya Allah, aku ingin terus bersyukur pada-Mu. Tetapi, kenapa dikala seperti ini, aku tak mampu?"