"Bila harus membayangkan hal yang menggambarkan diriku, aku akan memilih perahu." ucapku memecah keheningan yang sudah berlangsung lama, terlalu lama bahkan. "Mengapa?" tatap perempuan bersurai panjang itu kepadaku. "Karena rasanya tepat seperti itu." Malam hari, air pasang laut dan dinginnya udara tak kami hiraukan. Kami tetap duduk bersisihan tanpa alas tak menyadari perubahan langit jingga yang telah berubah menjadi gulita. Hanya ada suara deburan ombak dan perahu yang terombang ambing di lautan. Kami kembali tak berbicara. Kesunyian yang bertolak belakang dengan keriuhan di otak kami ini entah kapan akan berakhir. Jika waktu memang bisa berhenti, pasti surai hitam panjangmu sudah terbawa hembusan angin yang membisikan pesan kepada para perahu. Tentang kelabunya hari esok karena takdir yang serta merta memisah dan memecah.
1 part