14 parts Complete "Kamu sengaja kan mau di tabrak sama cowok tampan sepertiku? Terus kamu pura-pura kesakitan dan minta diobatin?" Kevin malah menuduh yang enggak-enggak.
"Ciih~Enak aja. Aku gak serendah itu ya, lagian kamu kegeeran banget sih. Aku tadi cuma mau minta tolong aja kok." ia mengotot keras dan mengangkat kedua bahunya.
"Terserah!" Kevin memakai kembali helmnya dan menyalakan mesin motornya kembali.
"Eh, bantuin dulu kenapa. Jahat banget itu orang, awas aja kalo butuh bantuan!" Jenie ngomel sendirian sambil menendang sepedanya.
"Dia kan pinter ya, mana mungkin minta bantuan sama aku. Yang ada juga malahan aku yang minta bantuan dia, tapi itu gak bakalan terjadi. Gak level banget Jenie minta bantuan dia." Jenie memukul kepalanya karena dia bertingkah bodoh dan konyol
Hari ini hujan turun lagi, Jenie membawa kursi rodanya berjalan kedepan jendela kamarnya yang tepat memandangi seisi kota. Hujannya lebat, suara gemuruh dan petir mengagetkan gadis itu. Dia mencoba membuka matanya dan tak menutup kedua telinganya, matanya tertuju pada sebuah pemandangan indah diluar sana. Tepat di atas langit pelangi muncul bersama dengan hujan, ini adalah kedua kalinya dia melihat keajaiban itu lagi. Tapi sekarang rasanya beda, dia melihat keindahan itu tanpa Kevin disampingnya.