Setelah berada di desa Giung Agung, Ahmad merasa jika dirinya selalu berhalusinasi. Ia kerap melihat bayangan Hawiyah muncul di luar jendela. Saat hendak memastikan, bayangan Hawiyah mendadak hilang. Setelah kepergian Hawiyah, hidup Ahmad menjadi tak menentu. Ia tak menyangka jika harus kembali lagi ke desa di mana ia dilahirkan. Sekian lama hidup di pesantren, Ahmad sedikit melupakan masa lalunya yang kelam. Ia juga sudah memutuskan untuk tidak lagi pulang ke desa tersebut, namun takdir berkata lain. Ia di beri tugas oleh Kiai Sobirin untuk menjadi guru ngaji di sana. Kehidupan Ahmad menjadi tak tenang. Kiai Sobirin juga memberikan amanah yang jauh lebih berat, yaitu menjaga salah satu santri putri yang kebetulan tinggal di desa yang sama.