Caca merebahkan tubuhnya di atas kasur sembari menatap langit-langit kamar villa. Memikirkan apakah dia sanggup menjalani tugas sebagai seorang istri? Sementara sama sekali tidak ada rasa antara dia dan Raka. "Nak, di dalam pernikahan tidak semuanya menyakitkan. Ibu dan ayah juga pernah sangat bahagia. Ibu faham kamu butuh proses buat menerima pernikahan ini, tapi jangan lama-lama ya nak kasian Raka. Coba buka hati ya! Jangan sama ratakan Raka dengan ayah. Ibu percaya kamu bisa nak" Caca teringat perkataan ibunya ketika memberikan wejangan dipernikahannya tadi. Terlalu lelah, Caca tertidur dengan air mata yang menggenang di ujung matanya. Akankah ketulusan Raka berhasil melelehkan benteng es yang Caca bangun?