[[ angst, sicklit, brothership, survival ]]
Note : bagian yang ditarik (TMI) hanya berisi teori dan penjelasan dari Prolog sampai Epilog, jadi ALUR utamanya masih LENGKAP walaupun sudah dibukukan.
* * *
"Aku.. merindukan mereka." Jarek berujar lirih. Nayanika membias kala lecutan aksara menghantarkannya pada riak danau Seealpsee. 15 meter di sebelah Utara, tempat dimana Hainrich mengudarakan layang-layangnya yang beberapa waktu lalu ia tancapkan di sela-sela bebatuan.
Hainrich tak sempat menyahut. Vokalnya tersendat bersama denging signal darurat dari Pulse Censor di atas smart watch Jarek. Mulut adiknya itu terbuka lebar, kedua lengannya meremat kencang coat hitam Hainrich dengan dada membusung. Sementara si sulung masih terpana, tak mampu bereaksi dalam hentakan berikutnya saat sepasang lengan menyingkirkan coat yang membungkus Jarek.
"Kami terlahir bersama, kenapa Jarek harus mati sendirian?"
Levanter, sebutan bagi angin musim yang bertiup dari perairan Mediterania. Jika dalam bahasa Polandia, Levanter (levante; lewant) berarti melepaskan ─sebagaimana layangan Hainrich yang putus dan jatuh terbawa arus... maka Jan telah membuat telapak tangannya sendiri terluka karena terus menahan benangnya.
📍 Zürich, Switzerland.
📝 Ditulis menggunakan bahasa Indonesia (semi-formal) dan selingan bahasa Inggris ─Di dalamnya termasuk beberapa istilah dalam bahasa Polandia, serta Jerman (bahasa yang digunakan di Zürich).
Singkat cerita ini mengenai beban yang di pikul anak pertama untuk menghidupi ke enam adiknya. Tidak ada waktu untuk bersantai karena orang yang bertanggung jawab atas adik-adiknya adalah dirinya. Setiap waktu ia habiskan untuk mengurus dan membiayai sang adik sampai ia rela mengorbankan masa mudanya untuk menjadi orangtua tunggal.
Kalau di bilang ingin cepat mati, maka dia akan menjawab iya dengan lantang. But, no time to die. Karena di setiap waktu, dia selalu sibuk bekerja tanpa kenal lelah.
Start : 02 Mar 2022