Di pulau megah Odinesai, dunia berpusat pada lima daerah yang kaya akan kebudayaan dan kekuatan masing-masing. Di Tasunarata, daerah kerajaan Odinesai, simbol kerajaan adalah singa bermahkota yang menggambarkan kekuasaan dan kemegahan. Dipimpin oleh Klan Ghani, Tasunarata menjadi pusat aktivitas kerajaan dan pusat kota yang menghubungkan seluruh pulau.
Namun, di dunia yang kompleks ini, kekuatan tidak hanya terbatas pada tahta. Di daerah Rison yang kaya akan sumber daya alam, Clan Pras dengan lambang badaknya memimpin dan berperan sebagai bagian integral dari kerajaan. Mereka membina hubungan yang menguntungkan melalui barter sumber daya. Klan Heryuki, Clan Dumai, dan Clan Ara membentuk jaringan kekuatan dalam Rison.
Sementara itu, di daerah Ciro yang subur dan penuh dengan hutan, Klan Gar memimpin dan melambangkan buaya. Meskipun dikenal dengan kecerdasan yang lebih rendah, penduduk Ciro memiliki kekuatan fisik dan kesetiaan yang tak tergoyahkan. Clan Taya, Clan Rifai, dan Clan Ball membantu menjaga keseimbangan di Ciro.
Taslan, daerah di puncak gunung Odentan, adalah rumah bagi Klan Gifar dengan lambang elang. Dengan kecerdasan tinggi, mereka memanfaatkan daya manipulatif mereka. Klan Jortara, Clan Riza, dan Clan Ghea juga memiliki peran khusus di Taslan.
Di daerah Tarau yang bersalju, Klan Razudan dengan lambang beruang putih memimpin. Daerah ini dikenal dengan penduduknya yang tangguh sejajar dengan iklimnya. Klan Rayoon, Clan Bruz, dan Clan Goed juga membentuk hubungan yang kuat di Tarau.
"The Throne's Power: A Trailblazer, Not an Heir" adalah kisah tentang keberanian, persahabatan, dan perubahan yang membentuk nasib Odinesai. Dalam dunia penuh warna dan keberagaman ini, kekuasaan tak hanya bersumber dari garis darah, melainkan juga dari hati dan semangat mereka yang siap menjadi perintis, bukan sekadar pewaris.
Pelacur, wanita penghibur, murahan, atau apapun yang orang lain sematkan padanya tak membuat gadis itu menyesali keputusannya. Awalnya seperti itu, sampai dimana dirinya bertemu dengan sosoknya yang bagai hutan luas. Memberikan kesan tenang diawal, namun menyesatkan saat terlalu jauh melangkah. Perasaan gelisah menghantui seolah pohon-pohon itu siap menelannya dalam keterpurukan saat tak menemukan jalan pulang. Hanya ada hijau, seperti sorot matanya yang begitu dalam.
Semua itu bermula ketika dirinya menolak lamaran dari pria tua yang telah memiliki tiga Istri. Widari Kemuning memilih mendatangi rumah penghibur para londo. Beberapa minggu bekerja di tempat itu sebagai gadis penghibur, Widari justru dipertemukan oleh salah satu pimpinan pasukan Belanda sekaligus seorang pebisnis di tanah jajahan, yang menawarkan jasa ranjang padanya. Pria berkulit putih kemerahan dengan rambut coklat terang dan mata berwarna hijau itu bernama Lart Van Deventer. Seorang yang telah memintanya untuk menjadi pelacur pribadinya. Pria itu tak ingin jika tubuhnya disentuh oleh banyak orang hingga menularkan penyakit kepadanya.
Berkenankah Widari menerima tawarannya..?
____
____
* Mungkin terdapat beberapa kesalahan yang tak disadari oleh penulis
*Semua dalam cerita hanya fiksi semata dan tak ada sangkut pautnya dengan kehidupan asli seseorang
____
~JANGAN LUPA MENINGGALKAN JEJAK SETELAH MEMBACA, BERUPA VOTE & KOMEN~
-----
Cerita yang saya buat semata-mata hanya untuk dinikmati dan tidak untuk menyinggung pihak manapun. Maaf jika ada salah yang tidak saya sengaja ataupun tidak saya ketahui.
-----
PERINGATAN..!
CERITA YANG SAYA BUAT MURNI PEMIKIRAN SAYA SENDIRI. JADI TOLONG JANGAN COPY CERITA INI DENGAN ALASAN APAPUN..!
PLAGIAT HARAP MENJAUH..!
___
NOTE : JIKA TIDAK MENYUKAI WATAK KARAKTER DALAM CERITA INI DIPERSILAHKAN UNTUK BERHENTI MEMBACA ATAU MEMBACA CERITA SAYA YANG LAIN.
____
Publikasi:
15-05-2024
____
pictures: AI