Bagi Aksara, Karin adalah dunianya. Karin adalah alasan dia ingin bangun pagi tepat waktu hanya agar bisa menjemput gadis itu terlebih dahulu. Karin adalah alasan dia belajar menuliskan puisi-puisi romantis hanya demi bisa melihat wanita itu membacanya sambil tersenyum manis. Karin adalah alasan dia menyempatkan makan di tengah kesibukan karena tau gadisnya akan mengomel kalau dia menyepelekan kesehatan. Intinya, segala hal tentang Karin tidak akan pernah gagal membuatnya jatuh cinta. Bagaimana kerutan di keningnya hadir saat terganggu akan sesuatu, decakan dari bibirnya ketika Aksara membuatnya menunggu, rona merah muda di pipi yang selalu hadir kala Aksara mulai merayu, dan senyum yang terbit malu-malu setelah Aksara mencuri satu ciuman dengan terburu-buru. Tujuh tahun. Tujuh tahun sudah mereka memadu asmara. Melewati badai dan pelangi bersama-sama. Tangan itu terus saling menggenggam, tidak peduli rintangan apapun yang ada di depan. Bagi Aksara tidak ada yang perlu ditakuti selama Karin terus menemani. Sampai pada suatu malam, dia memergoki kekasih pujaan hati tengah berada pada suatu kamar hotel menemani seorang lelaki. Dan saat itu lah, dunia yang selama ini dia bangga-banggakan hancur berantakan. Dadanya sesak oleh penghianatan yang sekalipun tidak pernah terbayangkan. Bagaimana bisa hal ini dilakukan oleh seseorang yang paling dia sayang? Sangat sayang sampai rasanya Aksara akan melakukan segala hal hanya untuk menjaganya tetap dalam dekapan. Terlalu sayang, karena kini pria itu tanpa harga diri Menangis, memohon, mengemis, dan bahkan berlutut, semuanya sudah Aksara lakukan agar perempuan itu tidak meninggalkan. Bayangan lembaran hidupnya setelah ini akan diisi tanpa ada Karin di dalamnya, menakuti Aksara lebih dari apapun. Namun sepertinya, memang itu yang Karin mau. He's so lost Karin, if only you know.
12 parts