Usianya sudah kepala tiga, tak jarang orang menanyakan 'Kapan kamu menikah, Gar?' atau 'Kenapa gak nikah-nikah?'. Tentu Muninggar muak, bahkan hampir memutuskan untuk tidak menikah, tetapi lelaki yang lebih muda justru memikat wanita itu.
Namanya Bara, mantan murid seorang Muninggar saat pertama kali mengajar di SMA dan sudah satu tahun sejak pertama dia menghubunginya. Kini, Muninggar yang sudah diberi gelar perawan tua oleh tetangga dan rekan kerja, sedang merasa bimbang. Haruskah dia menikah dengan yang lebih muda atau mempertahankan gelar aneh itu? Karena Muninggar yakin, hubungan mereka terlalu pelik dan berliku untuk bersama.
Baru beberapa kali bertemu, dua manusia berbeda jenis kelamin itu memilih untuk melangsungkan pernikahan.
Mereka menikah bukan karena cinta. Mereka juga bukan menikah kontrak seperti yang dilakukan tokoh fiktif di dalam drama atau novel. Mereka menikah atas kemauan sendiri.
Menikah, hidup satu atap, tapi mereka fokus pada diri masing-masing. Terlalu aneh menyebut hubungan mereka sebagai pernikahan, tapi nyatanya mereka menikah sah secara hukum dan agama.
Karena perkenalan yang terlalu singkat, membuat mereka menyadari betapa berbedanya kepribadian satu sama lain. Ada saja hal-hal kecil yang mereka perdebatkan.
Bisakah mereka hidup bersama meski tanpa cinta? Atau justru cinta akan datang seiring kebersamaan mereka?