Benar kata orang, sulit bagi anak perempuan dan laki-laki berteman tanpa melibatkan perasaan. Seperti cerita ini, yang bermula dari partner belajar hingga tumbuh rasa nyaman, lalu berakhir dengan sesuatu yang lebih dari sekadar persahabatan.
"Mulai hari ini, gua panggil lu Asya, ya?"
Nabilla mengerutkan kening, menatap bingung partner belajarnya itu. "Loh, kok Asya? Nama gua kan Nabilla."
Gio, pemuda di hadapannya, menyunggingkan senyum. "Gua ambil dari nama tengah lu, An-nastasya. Gua ambil bagian akhirnya, jadi Asya."
"Oalah," Nabilla terkekeh kecil. "Kenapa tiba-tiba lu mau manggil gua Asya?"
Chio mengangkat bahu santai. "Biar beda aja. Nggak kayak yang lain."
Nabilla terdiam sejenak, lalu tersenyum. "Hm, yaudah. Kalau gitu, mulai sekarang gua panggil lu Chio!"
"Chio?" Chio memiringkan kepala, merasa aneh dengan nama panggilan itu.
"Iya, gua ambil dari nama tengah lu, Michio. Biar adil. Mulai hari ini, kita nggak manggil gua-lu lagi, tapi pakai nama panggilan ini."
Mata Gio berbinar, seolah mengiyakan peraturan yang mereka buat sendiri. "Oke, deal!"
Dan hari itu menjadi awal cerita mereka yang perlahan berubah arah, tanpa mereka sadari.
-----
Cerita ini diambil dari kisah percintaan 'author' sendiri, jadi jangan ngejudge salah satu dari tokoh yang ada ya... terimakasih!!
Selamat membaca🌷🤍