Ameera (30 th) yang minggat dari rumah usai debat kusir perkara masa depan dengan kedua orangtuanya, tidak menyangka bahwa hidupnya menjadi tidak sama lagi semenjak bertemu dengan Tama Putra Duppont (37 th), sang Kakak sulung dari mantan kekasihnya di masa lalu. Niat awal Ameer hanya ingin pergi sementara lalu meminta bala bantuan pada Tama, setidaknya agar Mimih serta Pipihnya tak lagi memaksa gadis itu meneruskan tangga bisnis perusahaan. Tetapi sayang, selanjutnya semua rencana Ameer kian runyam karena alih-alih luluh, orangtuanya justru membuat kesepakatan sepihak, di mana keputusan itu malah berujung membuat Ameer kembali gusar atas keberlangsungan hidupnya. Dan Tama, manusia yang paling mengerti kondisi Ameer, malah tak bosan merecoki gadis itu dengan pertanyaan yang sama, "Meer, mau ya jadi Mamanya Cia?" Membuat Ameer makin puyeng bin mumet. Sebuah gagasan yang cukup mengganggu walau bisa dikatakan sebagai jalan pintas. Tapi masalahnya ... Memangnya Ameer sanggup, mengorbankan masa depan dan perasaannya begitu saja?