"Ke mana saja?" "Tidak ke mana. Aku hanya sibuk mencari jawaban," ujar si gadis tanpa berani memalingkan wajahnya, hanya gerak kaki yang diayun tiba-tiba terhenti. "Sudah terjawab semuanya?" Pemuda itu masih bertanya, seolah ingin memastikan sesuatu hal yang mengganjal di dalam benak dan pikirannya. "Dari semua pertanyaan, hanya satu yang masih belum terjawab pasti." "Mungkin pertanyaan itu milikku?" ujar Raga dengan percaya diri. Seketika itu Mala tertarik untuk melihat wajah yang terlihat jauh lebih maskulin dari terakhir kali mereka bertemu. "Mungkin. Tapi aku tidak akan menanyakannya." "Kenapa?" "Aku sudah cukup tahu bahwa kamu bukanlah es balok, melainkan es serut." Hari ini mereka kembali bertemu, setelah takdir memisahkan mereka 10 tahun lamanya. Bukan kesalahan prinsip. Apalagi kesalahan anak remaja yang kala itu masih berpikiran sempit. Takdirlah yang menentukan. Kapan mereka harus bertemu, berpisah, kemudian dipertemukan kembali seperti ini. Akankah takdir mengungkap kisah di balik perpisahan mereka sebelumnya dan memperbaiki jalan mereka ke depan? Siapa yang tahu takdir akan membawa mereka ke mana. Jika Mala saja pernah salah mengira bahwa Ragandaru terdahulu yang dikenalnya seperti es balok, kini justru sudah berubah, terasa manis seperti es serut.
4 parts