SAMBANG

Mimpi itu tetap sama: lautan, kapal, dentuman-dentuman meriam, dan malam yang mencekam, menelan semuanya.

Mahesa adalah putra tunggal dari seorang perwira militer angkatan darat. Selayaknya anak tunggal, ia menanggung harapan dan cita-cita keluarga, ayahnya ingin mempersiapkan dirinya untuk mengikuti jejak sang ayah, melanjutkan karir di bidang militer.

Namun, alih-alih mengindahkan harapan sang ayah, ia sendiri memiliki trauma tak logis pada hal-hal yang berkaitan dengan dunia militer. Dunia seakan berbalik saat ia dengan berani berontak dan memilih jalan hidup sebagai Seniman, hubungannya dengan sang ayah semakin tak harmonis. Ia harus berjuang sendiri atas keputusan yang telah ia pilih.

Tak berhenti di situ, ia harus bersitegang setiap kali bertemu dengan sang ayah. Trauma yang dimilikinya bahkan sesuatu hal yang tak penting bagi sang ayah, sang ayah menganggap bahwa semua itu karena ia salah mendidik Mahesa. Di matanya, Mahesa tumbuh menjadi anak yang pengecut dan tak punya jiwa ksatria seperti dirinya, anak itu terlalu lemah sebagai anak tunggal dari seorang perwira.

Hingga suatu hari ia mengunjungi sebuah desa bersejarah, di sana Mahesa tak sengaja menemukan portal yang membawanya ke masa lalu, di mana ia bisa menemukan jawaban dari misteri dari mimpi dan trauma tak logis yang ia alami selama ini.