𝐉𝐚𝐤𝐚𝐫𝐭𝐚, 𝐌𝐞𝐢 1998
Siang itu, keadaan kota Jakarta semakin memanas tak terkendali. Banyak rumah, toko dan fasilitas umum yang rusak dijarah massa. Banyak yang mati, disiksa, diperkosa bahkan hilang seolah hidupnya tak pernah ada. Suasana itu, membuat siapapun yang merasakannya ikut menderita. Trauma yang berkepanjangan, hingga waktu yang terus berjalan rupanya tak mampu mengobati luka di masa lalu.
Mereka tak tahu.
Siapa yang mereka bunuh, adalah ibu, anak, ayah, istri atau bahkan suami dari orang yang dicintai keluarganya. Mereka buta atas syarat-syarat menjadi manusia. Bahkan setelah puluhan tahun berlalu, masih banyak keluarga yang menanti kapan jasad orang yang dicintainya akan kembali.
••••
Buku ini mengangkat kisah dari kerusuhan Mei di tahun 1998. Ada banyak cinta, keluarga, perjuangan, emosi, luka, janji, pengorbanan hingga kesetiaan yang turut serta mengisi setiap paragraf di dalamnya. Sebelum membacanya lebih lanjut, mari kita berdoa terlebih dahulu untuk para korban supaya bisa beristirahat dengan tenang dan ditempatkan di tempat yang terbaik di sisi-Nya.
Buku ini tak bermaksud merendahkan siapapun atau pihak manapun. Saya hanya ingin berfokus pada kisah romansa muda yang turut menjadi saksi bagaimana kelamnya kejadian di tahun tersebut, hingga merenggut banyak hal yang jatuh bangun telah mereka capai.
Selamat datang, terima kasih, maaf dan selamat membaca~
Gretta Quinley harus menyandang gelar Duchess of Valtor atas paksaan kakaknya. Mengubur semua impiannya untuk menjadi Ratu di masa depan bersama sang kekasih, Putra Mahkota Kekaisaran Douglas.
Gretta pikir menikah dengan Duke Fredric Caradoc of Valtor yang tidak mampu mengucapkan kata cinta dan hanya sibuk pada tugas menjaga pertahanan wilayah kerajaan adalah hal terburuk dalam hidupnya , nyatanya mencintai Putra Mahkota adalah hal yang paling Gretta sesali.
"Aku mengandung anak Putra Mahkota."
Malam itu, pria yang selalu Gretta nilai tidak berperasaan justru memberikan dekapan hangat dan dukungan penuh. Menolongnya untuk kembali bangkit, walau pada akhirnya Gretta membohonginya dan tetap memilih mengakhiri hidupnya.
Namun, bagaimana jika Gretta diberikan kesempatan untuk memperbaiki semuanya?