Sepasang mata bulan sabit itu terbuka perlahan, sedikit menyipit menyesuaikan cahaya yang mulai masuk ke retina coklatnya. Kepalanya menyapu seluruh ruangan bernuansa ungu lembut dengan wangi kayu bercampur vanila yang khas. Ya. Ini kamarnya. Lantas ia turun dan keluar kamar untuk mencari sosok yang sudah pasti telah membawanya pulang ke apartemennya. Karena sedikit yang ia ingat, terakhir kali ia berkunjung ke makam ibunya dan setelah itu tidak ingat apa-apa. Dari depan pintu kamarnya yang langsung berhadapan dengan ruang tv yang berdampingan dengan dapur, matanya langsung menangkap sosok tinggi berbalut kaos putih sedang membelakanginya. Perlahan ia menghampiri sosok itu dan melingkarkan tangannya di perut, kepalanya di tenggelamkan di punggung laki-laki yang tengah sibuk mengaduk cangkirnya. "Udah bangun?"tanya laki-laki itu setelah melihat tangan yang melingkar di badannya. "Hmmm,"gumam sang pelaku dengan senyum kecil. Tangan di perutnya mulai turun ke celana pendek hitam yang dikenakan laki-laki itu namun kegiatannya tertahan karena tangan laki-laki itu menggenggam tangannya. "Masih pagi,Ta,"ujarnya. Gadis itu merengut. Melepas pelukannya lantas duduk di meja makan. Ia melirik sepiring nasi goreng yang masih terlihat kepulan asapnya lengkap dengan telur mata sapi di atasnya. "Aku udah bikinin kamu sarapan. Makan dulu, gih." Gadis yang dipanggil Ta itu melirik sekali lagi nasi goreng di depannya tanpa minat. Moodnya mendadak tidak baik, bukan karena penolakan yang baru saja laki-laki itu berikan melainkan ia tiba-tiba ingat sesuatu. Tentang tiga hari lalu, di ponsel laki-laki itu. "Alia siapa?"bukannya menjawab iya atas perintah laki-laki itu untuk makan, gadis itu malah bertanya hal lain. Laki-laki itu menoleh ke samping, melirik gadis di belakangnya. "Kamu buka handphone aku?" Gadis itu diam. Pikirannya mengawang. Bukan itu jawaban yang ia harapkan. Dengan lemas ia masuk ke kamarnya. Meninggalkan laki-laki itu dalam diam. Rasa takut itu muncul lagi.All Rights Reserved