Raden Ajeng Alina Kahitna, perempuan berdarah biru keturunan ningrat tanah Jawa. Semua orang iri dengan kehidupan Kahitna, tapi Kahitna merasa lebih iri pada mereka. Keluarga besar Kahitna masih kental dengan budaya patriarki. Perlu usaha besar agar Kahitna diberi izin untuk melanjutkan pendidikan dibangku perguruan tinggi. "Kamu itu perempuan buat apa sekolah tinggi? toh nanti juga kembali ke dapur." Ujar Gusti Raden Mas Alam atau Pak Alam, ayah dari Kahitna. "Sudahlah nduk, nurut saja sama kata bapakmu." Lanjut Gusti Raden Ayu Maya atau Bu Maya, ibu dari Kahitna. "Tapi loh Pak Bu, Kahitna juga punya mimpi. Kahitna pengen lanjut kuliah sampai jadi sarjana." Jawab Kahitna. "Kamu loh tanpa bermimpi sudah bisa dapat apa saja yang kamu mau, untuk apa kamu melanjutkan kuliah. Sudahlah nurut saja, lebih baik kamu menikah dengan Raka setelah lulus." Ujar Pak Alam. Meskipun banyak hal yang dikorbankan, Kahitna tetap dengan pendiriannya untuk melanjutkan pendidikannya di Kota Malang. Kota yang berjarak kurang lebih 394 km dari kota asalnya. Disana dia bertemu Nathaniel Radiva Tjia, laki-laki keturunan Tionghoa yang selalu mendukung disetiap perjuangan Kahitna. Kata Niel, Kahitna itu seperti mawar merah yang terlihat indah dan berani tapi tidak bisa sembarangan dipetik agar tidak menyakiti tangan si pemetik. Akankah Niel mampu memetik mawar merah itu tanpa terluka? Akankah perjuangan Kahitna terbayar indah? Akankah takdir merestui asa Sang Raden Ajeng Alina Kahitna?All Rights Reserved
1 part