Story cover for Pelukku pelikmu  by cchyaraa
Pelukku pelikmu
  • WpView
    Reads 10
  • WpVote
    Votes 2
  • WpPart
    Parts 2
  • WpView
    Reads 10
  • WpVote
    Votes 2
  • WpPart
    Parts 2
Ongoing, First published Sep 28, 2023
Kehilangan, menjadi salah satu hal yang paling semua orang takuti. Siapa sangka perpisahan akan semenyedihkan ini? sesopan apapun perpisahan, tetap menyakitkan. Tetapi kata orang selalu ada masa, ya betul! setiap orang ada masanya setiap masa ada orang nya. People come and go itu bener adanya. Seharusnya kita terbiasa dengan siklus orang datang dan pergi. Selalu ada hikmah disemua pembelajaran orang yang datang. Hanya saja, sedikit penyampaian kisah nya yang berbeda. Pengalaman terbaik adalah masalalu. Dan pelajaran terbaik, orang di masalalu itu.
All Rights Reserved
Sign up to add Pelukku pelikmu to your library and receive updates
or
#926penulis
Content Guidelines
You may also like
You may also like
Slide 1 of 9
Sudut Luka Nazea cover
Again? cover
Just about my feeling 💜 cover
Kuraih Genggaman dan Berdamai Dengannya. (Antologi cerpen) cover
Wanted School in Love(COMPLETED) cover
Aleysha Please Don't Go! cover
Life After cover
late afternoon🌇✔ cover
SAMUEL JOERLANDA PUTRA cover

Sudut Luka Nazea

32 parts Ongoing

"ketakutan terbesar seorang anak adalah perpisahan orang tuanya. Kehilangan mama dan papa sama halnya dengan kehilangan seluruh napas. Enggak ada mama sama papa rasanya sunyi dan hampa, rasanya berkali-kali lipat lebih sakit dari apapun. Dunia juga terasa sudah tidak berarti." ~Queenza Nazea Azalea ˚₊‧꒰ა☁️☁️☁️໒꒱ ‧₊˚ Di ajarkan melangkah, meski tertatih-tatih dan berujung jatuh. Di latih menapaki tangga meski berulang kali terhenti karna lelah. Bagi nazea, hal yang paling menyedihkan adalah ketika dihadapkan dengan kehancuran keluarga. Nazea benci perpisahan. Karena nazea tidak suka di tinggalkan. Nazea benci sendirian, karena nazea kesepian. Namun, apa yang sudah retak, akan tetap pecah. Pada akhirnya, meskipun nazea tidak suka, nazea harus menerima. Ada yang mengangkat tangan tinggi-tinggi seraya menjerit tak sanggup, ada yang menyembunyikan kepedihan sekuat mungkin sembari terus menerus mengulas senyum. Karena hanya diperuntukkan dua pilihan, bertahan atau menyerah? Atau lebih tepatnya, mampukah berdiri di atas ubin keikhlasan? "lagi, dunia kembali mempermainkan hidupku. Namun, sampai kapan?"